Kaum Madyam, kaumnya Nabi Syu'ib, adalah segolongan bangsa Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama "Ma'an" di pinggir negeri Syam. Mereka terdiri dari orang-orang kafir tidak mengenal Allah. Mereka menyembah kepada "Aikah" iaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa pohon dan tanam-tanaman. Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan merupakan perbuatan dan perilaku yang biasa.
Dan diutuslah oleh Allah seorang Rasul yaitu Nabi Syu'aib, orang dari mereka sendiri, dan sedarah daging dnegan mereka. Ia mengajak mereka meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda mati yang tidak bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya melakukan persembahan dan sujud kepada Allah, Pencipta langit dan bumi termasuk sebidang tanah yang mereka puja sebagai tuhan mereka. Mereka diajak agar berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, meninggalkan kezaliman serta perbuatan curang dalam hubungan dagang, perampasan hak milik seseorang dan penindasan terhadap orang-orang yang lemah dan miskin. Nabi Syu'aib menceritakan siksa dan azab yang diturunkan oleh Allah terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dan paling dekat kaum Luth yang kesemua telah binasa akibat kekafiran.
Dakwah itu disambut oleh mereka terutama penguasa dan orang - orang kaya dengan ejekan: "Adakah kerana solatmu, engaku memerintahkan kami menyembah selain apa yang telah kami sembah sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah dilakukan oleh nenek moyang kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah juga karena solatmu engkau menganjurkan kami meninggalkan cara-cara hidup sehari-hari yang nyata telah membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan sudah menjadi adat istiadat kami turun temurun. Sungguh kami tidak mengerti apa apa tujuanmu dan apa maksudmu dengan ajaran-ajaran baru yang engkau bawa kepada kami. Sungguh kami menyaksikan kesempurnaan akalmu dan keberesan otakmu!"
Ejekan itu diterima oleh Syu'aib dengan kesabaran dan kelapangan dada. Kaum Syu'aib akhirnya merasa jengkel dan bosan melihat Nabi Syu'aib tidak henti – hentinya berdakwah. Penghinaan dan ancaman dilontar kepada Nabi Syu'aib dan para pengikutnya, mereka mengancam akan mengusir Syu’aib dan pengikutnya jiak tidak berhenti berdakwah dan tidak mau mengikuti cara hidup yang kafir itu.
Berkata mereka dengan nada mengejek: "Kami tidak mengerti apa yang kamu katakan. Nasihat-nasihatmu tidak mempunyai tempat di dalam hati dan kalbu kami. Engkau adalah seorang yang lemah fizikalnya, rendah kedudukan dalam pengaulan maka tidak mungkin engkau dapat mempengaruhi atau memimpin kami yang berfizikal lebih kuat dan berkedudukan yang lebih tinggi drpmu. Cuba tidak kerana kerabatmu yang kami segani dan hormati, nescaya engkau telah kami rejam dan sisihkan dari pengaulan kami."
Nabi Syu'aib menjawab: "aku tidak akan hentikan dakwahku kepada risalah Allah yang telah diamanahkan kepadaku dan jgnlah kamu mengharapkan bahwa aku mahupun para pengikutku akan kembali mengikuti agamamu dan adt-istiadatmu setelah Allah memberi hidayahnya kepada kami. Pelindunganku adalah Allah Yang Maha Berkuasa dan bukan sanad kerabatku, Dialah yang memberi tugas kepadaku dan Dia pula akan melindungiku dari segala gangguan dan ancaman. Adakah sanak saudaraku yang engkau lebih segani dari Allah yang Maha Berkuasa?"
Nabi Syu'aib hanya berhasil menyedarkan sebagian kecil dari kaaumnya. Kemudian Nabi Sy’aib dan pengikutnya pindah ke negeri Aikah, karena sudah tidak bisa diharapkan lagi keimannya. Dan hanya beberapa saat setelah mereka pindah, tiba – tiba penduduk Madyan dikejutkan oleh gempa yang dahsyat dan membinasaakan mereka.
Di Aikah penduduknya sama seperti kaum Madyan. Mereka juga menolak mentah - mentah ajaran Nabi Syuaib. Mereka malah menentang Nabi Syu'aib untuk membuktikan kebenaran risalahnya dengan memdatangkan bencana dari Allah yang ia sembah.
Dan bermohonlah Nabi Syu'aib kepada Allah agak menurunkan azzab kepada kaum Aikah. Maka diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang sangat panas yang mengeringkan kerongkongan karena dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air dan membakar kulit yang tidak dapat diubati dengan berteduh di bawah atap rumah atau pohon-pohon.
Di dalam keadaan bingung, panik berlari – lari ke sana ke mari, mencari perlindungan dari terik panasnya matahari yang membakar kulit tiba – tiba mereka melihat gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah mereka ingin berteduh dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa mereka dengan serta-merta.
Nabi Syu'aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya dan berkata kepada para pengikutnya yang telah beriman: "Aku telah sampaikan kepada mreka risalah Allah, menasihati dan mengajak mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan mungkar serta persembahan bathil mereka dan aku telah memperingatkan mereka akan datangnya seksaan Allah bila mereka tetap berkeras hati, menutup telinga mereka terhadap suara kebenaran ajaran-ajaran Allah yang aku bawa, namun mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak mempercayai peringatanku. Karenanya tidak patutlah aku bersedih hati atas terjadinya bencana yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar