Dzulkifli adalah putra Nabi Ayyub AS. Seperti ayahnya, ia adalah orang yang sabar dan teguh pendirian. Pada suatu hari sayng raja bertanya : “ Siapa yang sangup berlaku sabar. Jika malah mendirikan shalat jika siang melakukan puasa?”
Tidak ada yang sanggup. Akhirnya seorang pemuda bernama Basyar mengacungkan tangan dan berkat asangup, sejak itu ia dipanggil Dzulkifli yang artinya sangup. Kemudian ia diangkat menjadi raj dan juga dijadikan ketua hakim. Diwaktu malam ia sholat dan siangnya ia berpuasa. Sehinga dimalam hari ia hanya punya sedikit waktu untuk tidur.
Pada suatu malam ketika ia hendak tidur datang seorang tamu mengangunya. Dzulkifli harusnya sudah beristirahat, namun ia tetap sabar menerima orang itu.
“Ada apa saudara kemari?”tanya Dzulkifli
“Hamba seorang musafir, harta benda hamba dirampok orang diperjalanan.”jawab orang tua itu.
“Datanglah besuk pagi atau petang hari!” kata Dzulkifli
Kesesokan harinya, orang itu tidak datang, padahal Dzulkifli sudah menunggu diruang sidang. Sampai petang haripun orang itu tidak datang. Sewaktu Dzulkifli hendak berangkat tidur, orang itu datang lagi.
“Mengapa waktu sidang dibuka engkau tidak datang?” tanya Dzulkifli.
“Orang yang merampok saya cerdik, Tuanku. Jika waktu sidang dibuka, barangs aya dikembalikan. Jika sidang henmdak ditutup barang saya dirampas lagi!” jawab orang itu.
Dan pada suatu malam raja Dzulkifli sudah sangat mengantuk. Ia telah berpesan kepad apenjaganya agar menutup semua pintu dan menguncinya. Ketika ia sedang berbaring, ia mendengar pintu diketuk.
“Siapa yang masuk?” tanya Dzulkifli.
“Tidak ada saeorangpun tuanku.” Jawab penjaga. Dzulkifli merasa heran. Lalu ia memeriksa ke sekeliling ruamh, ternyata ia menemukan sesorang, padahal semua pintu telah dikunci.
“Kau bukanmanusia, kau pasti syetan!” kata Dzulkifli.
“ya aku memenag syetan yang menguji kesabaranmu. Memang betul kau orang yang dapat memenuhi kesangupanmu dulu.”
dan pada suatu hari terjadi peperangan dinegerinya dengan pemberontak yang durhaka pada Allah. Ia memerintahkan tentara dan rakyatnya untuk berangkat ke medan perang. Tetapi rakyatnya tidak mau, mereka takut mati. Rakyat bersedia jika ia mau medoakan kepada Allah agar Allah mau menjamin hidupnya, agar mereka tidak mati.
Mendengar itu Dzulkifli tidak marah. Bahkan ia berdoa kepada Allah sesuia yang mereka minta. Dan akhirnya mereka memperoleh kemenangan dan tidak ada seorangpun yang mati dimedan perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar