Membentuk generasi pemuda pemudi yang kreatif, bersolidaritas tinggi dan berakhlak mulia berdasarkan iman dan takwa Remaja Islam Masjid Muttaqien

Minggu, 17 April 2011

Nabi Ismail AS


Nabi Ibrahim mempunyai 2 orang istri, istri pertama bernama Sarah dan kedua bernama Hajar. Hajar pun hamil, namun ia menyembunyikannya agar tidak diketahui oleh Ibrahim dan Sarah, karena ia merasa tidak enak hati kepada  Sarah yan belum juga mempunyai keturunan. Ia menutupinya dengan setagen  tetapi akhirnya terbukalah rahasia dengan  lahirnya Nabi Ismail AS. Siti Sarah merasa dikalahkan oleh Siti Hajar dan  sejak itu  Siti Sarah merasakan bahawa Nabi Ibrahim AS lebih banyak mendekati Hajar. Hal inilah yang  menyebabkan Siti Hajar meminta kepada Nabi Ibrahim AS untuk menjauhkan Hajar dan Ismail ke tempat lain.
Maka dengan tawakal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim dengan unta meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail. Setelah berjalan cukup jauh, tibalah mereka di Makkah, ditempat Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya kering dan tandus. Dan berkatalah ia kepada Hajar : "Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah."
Berdo’alah ia kepada Allah :" Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu (Baitullahil Haram) di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mrk mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mrk dan berilah mrk rezeki dari buah-buahan yang lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu."
Karena bekal sudah habis, dan disekitar tempat itu tidak ada air serta air susu Hajar sudah kering akibat kurang makan, Ismail pun menangis. Hajar pun pergi berlari menuju bukit Shafa, tetapi hanya batu dan pasir  yang ada disitu, lalu  ia berlari ke Bukit Marwa dikiranya air namun hanya fatamorgana, dkembalilah kebukit Shafa karena mendengar suara yang memanggilnya namuntak ada seoranghpund isana. Demikianlah ia berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwa.
Di dalam keadaan yang kelelahan dan hampir putus asa, tiba – tiba nampak pemuda yang berdiri tidak jauh dari Ismail berada. Lelaki itu menjejak – jekaan kakinya ketanah dan memancarlah air  yang jernih dari bekas telapak kaki itu. Lelaki itu tidak lain adalah malaikat Jibril yang diutus oleh Allah.
Kemudian Jibril berkata :””Zam – zam! Zam – zam!” yang artinya berkumpillah. . Itulah dia mata air Zamzam yang sehingga kini dianggap keramat oleh jemaah haji, berdesakan sekelilingnya bagi mendapatkan setitik atau seteguk air daripadanya dan kerana sejarahnya mata air itu disebut orang " Injakan Jibril “.  Alangkah gembiranya dan segera  ia membasahi bibir puteranya dengan air itu dan segera pula terlihat wajah puteranya segar kembali.
Sebelum Jibril pergi ia berkata:” Hai Hajar! Jangan engkau khawatir akan kehabisan air. Telaga ini bukan hanya untuk orang – orang disini saja. Melainkan untuk tamu – tamu Allah. Dan bapak anak ini nanti akan datang untuk membangun rumah Allah”. Yang dimaksud tamu – tamu Allah adalah orang – orang yang haji dan rumah Allah adalah Ka’bah.
Dan mancurnya air Zamzam telah menarik burung – burung berterbangan mengelilingi daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara, maka  dibawanya terdapat air. Sehingga lama kelamaan semakin banyak orang ebrdatangan dan menetap disitu. Hajar dan Ismail pun  sangat dihormati dan dianggap sebagai pemilik tempat itu.
Setelah beberapa tahun kemudian, Nabi Ibrahim menjenguk anak dan istrinya. Mereka bertemu di Padang Arafah ketika Ismail dan Hajar sedang menggembalakan ternahnya. Ia merasa sangat rindu dan betapa terharunya ketika melihat keadaan anak dan istrinya baik – baik saja.
Dan dalam perjalanan pulang ke Mekah, mereka beristirahat di Mudzalifah, dan karena kelelahan Nabi Ibrahimpun tertidur. Dalam tidur yang hanya sebentar itu,ia mendapat wahyu bahwa ia diperintah oleh Allah untuk menyembelih Ismail sebagai bukti tunduk Ibrahim kepada Allah. Sungguh berat hati Ibrahim, namun  Nabi maka ia harus menjadi contoh bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah. Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya,  tanpa ragu – ragu berkata kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Dan dibawalah Ismail ke atas bukit, dan dengan mata tertutup kain putih, ia siap untuk disembelih. Syetan pun berusaha mengoda Ismail, Hajar dan Ibrahim, namun mereka tetap teguh pada perintah Allah.
Tidak ada keraguan dalam diri Ismail sampai – sampai ketika pedangpun tidak mempan memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan sedih hati karena gagal menyembelih puteranya, Allah berfirman:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ." Dan digantilah tubuh Ismail dengan seekor kambing gemuk oleh Jibril. Inilah asal permulaan sunah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.
Dan suatu ketika Ibrahim mengunjungi Ismail, hanya istrinya yang ada dirumah. Ibrahim pun bertanya keadaan rumah Ismail. Wanita itu menjawab bahwa rumahnya jelek, bahkan ia menjelek – jelekan Ismail dan tidak menjamuh Ibrahim sebagai tamu.
Maka sebelum pergi, Ibrahim berpesan :”Katakan kepada suamimu bahwa ambang pintu sebelah ini cepat diganti”. Dan setelah Ismail mendengar pesan itu berkatalah ia kepada istrinya:”Maksud ayahku, aku harus menceraikanmu. Kamu harus pulang kerumah keluarganmu.”
Sesudah bercerai Ismail menikah lagi. Dan Ibrahim pun bersilaturohmi ke rumah Ismail.  Istri Ismail pun menyambut Ibrahim dengan ramah tamah dan tidak menceritakan kejelekan Ismail. Dan Ibrahim berpesan :”Katakanlah kepada suamimu, ambang pintu ini jangan diganti.” Dan Ismailpun mengerti pesan itu. Ia pun hidup bahagia dengan istrinya.
Pada suatu hari Ibrahim diperintah oleh Allah untuk mendirikan Ka’bah didekat telaga Zam – zam. Diberitahukan hal itu kepada anaknya. Maka keduanya sepakat untuk membangun rumah Allah tersebut. Mereka membangun dengan tangan – tangan mereka sendiri, mengumpulkan batu – batud an pasir. Setiap selesai bekerja mereka berdo’a: “Ya Allah, terimalah persembahan kami ini. Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami beruda orang yang tunduk dan patuh kepadamu, begitu pula anak dan keturunan kami semua menjadi umat yang tunduk dan patuh. Tunjukan kepada kami cara – cara dan tempat – tempat ibadah kami, dan terimalah taubat kami. Sesunguhnya engkau adalah Maha Penenrima Taubat dan Maha Penyayang.”
Setelah selesai mereka diajari oleh Allah cara – cara beribadah menyembah Allah, dan tata cara ini juga diajarkan kepada nabi – nabi selanjutnya hingga Nabi Muhammad SAW.
Dan ketika Nabi Ibrahim berumur 90 tahund an Ismail berumur 13 tahun, mereka mendapat perintah untuk khitan/sunat. Dengan khitan malah seseorang terhindar dari penyakit kelamin, konon karena sudah usia lanjut khitan Nabi Ibrahim dilakukan dengan kampak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar