Daud bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
Sesudah Nabi Musa dan Nabi Harun wafat, bani Israil dipimpin oleh Yusna bin Nun, mereka dapat menduduki tanah Palestina dan tinggal diistana. Namun setelah Yusna meninggal mereka terpecah belah bahkan sampai berani merubah dan menambah isi kitab Taurat. Mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dari bangsa sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud" suatu daerah dekat Gaza menyerang mereka. Bangsa Palestin berhasil mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas benda keramat mereka yang bernama "Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Pada waktu itu bani Israil hanya dipimpin penghulu - penghulu yang memberi tuntunan di bidang keagamaan dan kadangkala menjadi juru damai jika timbul perselisihan. Penghulu yang paling disegani bernama Somu'il. Datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il menemui Somu’il. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan menjadi panglima perang.
Kemudian Somu’il beristikharah, didalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Walaupun ia belum pernah mendengar nama itu, ia yakin Allah akan mempertemukannya.
Thalout adalah seorang berbadan tinggi, besar dan berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani. Ia hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk tanam dan memelihara hewan ternak. Pada suatu hari ketika Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangny, kewan ternaknya lepas dan hilang. Mereka mencari kemana – mana tetapi tidak ketemu.
Sesampainya mereka sampai di Shuf tempat dimana Somu'il berada. Mereka berencana untuk menemui Somu’il dan bertanya kalau ia tau dimana ternak – ternaknya berada. Dan bertemulah mereka, Somu’il pun memberitahukan maksudnya. Somu’il pun mendapat protes dari bani Isra’il, mereka sangsi akan kemampuan Tholut, karena Tholut hanya keturunan petani biasa. Namun Somu’il menjanjikan kepada mereka bahwa Tholut dapat mengembalikan Tabout yang berisi kitab Taurat tersebut. dan diangkatlah Thalut menjadi raja.
Tugas pertama yang dilakukan oleh Tholut setelah dinobatkan sebagai raja ialah menyusun kekuatan untuk menghadapi bangsa Palestin. Ia menyusun bala tenteranya dari orang yang masih kuat, tidak mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan dagang usaha sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang. Thalout berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil saja dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat. Sedang bagian besar tidak dapat menahan dahaganya dan meminumnya sampai puas.
Akhirnya Tholut pun berangkat ke medan perang dengan pasukannya yang tidak tidak bersatu padu. Ketika sampai di medan perang, pasukan Thalout yang melanggar disiplin merasa kecil hati melihat pasukan musuh yang kuat dibawah pimpinan bernama Jalout. Akan tetapi kelompok setia Thalout, tidak merasa takut menghadapi Jalout dan bala tenteranya.
Keluarlah Jalut dari barisan bangsa Palestin mengajak bertarung. Kata – kata ejekan itu membuat pasukan Bani Isra'il takut dan tidak ada yang berani melawannya. Pada saat itu, datanglah seorang lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan itulah Daun. Ia meminta izin dari sang raja untuk melawan Jalut.
Memang pada waktu itu Daud bersama dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang. Khusus kepada Daud sebagai anak yang termuda dan belum pernah berperang, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan belakang, tidak boleh ikut bertempur dan hanya menyediakan makanan dan minuman bagi kakak – kakaknya, disamping ia harus memberi laporan kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan keadaan kedua kakaknya secara terus menerus. Namun berhubung Daud tidak mau harga dirinya dan harga diri bangsanya dilecehkan ia berani menghadapi Jalut.
Awalnya Tholut ragu, namun melihat semangat anak itu ia memeperbolehkannya Daud dibekali pedang, topi baja dan zirah baju besi namun ia menolak semua itu dengan alasan ia belum biasa menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Dan ketika Jalout melihat bahwa yang hendak bertanding dengannya adalah seorang remaja yang tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, Jalut tertawa terbahak – bahak dan mengejek. Pemuda itupun tak gentar sedikitpun, ia yakin bahwa Allah akan melindungi hamba-Nya yang berada dijalan-Nya.
Melihat Jalout melangkah maju, Daud itu segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dari pasukan Bani Isra'il menyambut kemenangan Daud dan mereka berhasil merebut kembali tempat tinggal mereka.
Sebagai imbalannya Daud dinikahkan dengan Mikyal, putri Tholut. Di samping itu ia diangkat pula sebagai penasihat dan orang kepercayaan Raja Tholut. Daud pun semakin disegani oleh Bani Israil, bahkan Daud lebih disegani dari pada Tholut. Hal itu membuat iri Tholut. Ia pun berusaha mencelakakannya ke medan perang yang sulit. Namun Daud justru pulang dengan membawa kemenangan dan disambut gembira oleh rakyatnya.
Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud. Thalout yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaannya pun berencana membunuh Daud. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya denagn sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya. Mikyal yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera memberitahu Daud agar segera meninggalkan kota. Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu meninggalkan kota diwaktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum, berbondong - bondonglah para rakyat mencari Daud. dan seletah menemukan Daud mereka mengikuti Daud. Kewibawaan Tholut pun semakin merosot sejak ditinggalkan Daud dan diketahui oleh rakyat rancangan jahatnya. Semua itu membuat Thalout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya. Ia lalu menjalankan siasat tangan besi, membunuh siapa saja yang ia ragukan kesetiaannya, tidak terkecuali para ulama dan para pemuka rakyat.
Kemudian ia mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tenteranya yang sudah goyah disiplinnya dan kesetiaannya kepada Istana. Daud dan pengikutnya pun bersembunyi ketika mendengar berita itu. Ia menyuruh beberapa pengikutnya untuk melihat posisi Thalut. Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahwa Thalout dan tentaranya sudah dekat dan mereka sedang tertidur. Mereka berseru kepada Daud inilah waktu yang tepat untuk menghabisi Thalut. Namun Daud menolak, ia hanya menggunting sudut baju Thalut sebagai peringatan pertamanya.
Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, Daud menghampirinya seraya menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya sembari berkata : "Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur nyenyak. Sekiranya aku mau niscaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan fikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya yang bercampur malu yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal itu."
Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyadarkan Thalout. Ia akan tetap menangkap Daud baik hidup ataupun mati. Dan Sampailah berita itu kepada Daud untuk kedua kalinya. Dan dikirimlah pengintai untuk mengetahui dimana tempat Thalout berkemah. Thalut dan tentaranya ditemukan ketika tertidur, dan diambillah anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya. Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Thalout agar mereka bangun dari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kelalaian mereka. Ia mengundang salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Dua kali peringatan itu membuatnya merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan untuk pembunuhannya.
Jiwa besar yang telah ditunjukkan oleh Daud dalam kedua peristiwa itu membuat Thalut merenung. Ia baru sadar bahwa ia telah jauh tersesat oleh hawa nafsu dan bisikan syeitan. Walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan mudah membunuhnya andaikan dia mahu.
Segeralah Thalut memohon ampun kepada Allah, ia pun mengambil keputusan keluar dari kota, melepaskan mahkotanya dan meninggalkan istananya berserta segala kebesaran dan kemegahannya. Lalu ia pergil berkelana dan mengembara di atas bumi sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam yang baka. Setelah Thalut pergi, rakyat mengangkat Daud sebagai raja.
Nabi Daud diistimewakan oleh Allah, yaitu dengan ditundukkannya gunung supaya bertasbih memuji Allah bersama Daud di waktu pagi, siang dan malam. Demikianlah juga burung – burung telah ditundukkan kepada Daud untuk berkumpul memuji Allah bersama Daud. Nabi Daud membagi hari – harinya menjadi 4 bagian, sehari untuk ibadah, sehari untuk menjadi hakim, sehari untuk pengajaran dan sehari untuk kepentingan pribadinya. Nabi Daud pun suka berpuasa, dia sehari berpuasa sehari tidak.
Nabi Daud mempunyai 99 istri dan ia ingin menggenapinya menjadi 100. Pada suatu hari datanglah 2 orang lelaki mengadu kepada Daud :” Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih pandai bertikam lidah daripadaku."
: "Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?"tanya Daud kepada pria satunya
"Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika memang demikian halnya", kata Daud dengan marah. "Maka engkau telah berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu. Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat zalim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan beramal soleh."
"Wahai Daud", berkata lelaki itu menjawab, "Sebenarnya engkaulah yang sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua saling cinta dan mengikat janji."
Nabi Daud tercengang mendengar jawapan lelaki yang tegas dan berani, mendadak lenyaplah mereka. Sadarlah ia bahwa kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan kepadanya. Segeralah ia bertaubat kepada Allah dan Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya.
Gadis yang dimaksudkan itu ialah Sabigh binti Sya'igh, gadis cantik dan calon suaminya adalah Uria bin Hannan, pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis itu bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua akan melangsungkan perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia. Pemuda itu telah secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan seakan mimpi belaka.
ketika Daud melihat Sabigh, timbullah rasa cinta didalam hati Daud. Daud tidak perlu berfikir lama untuk menyatakan rasa cintanya dan segera meminangnya. Orang tua mana yang akan menolak menantu seperti Daud. Demikianlah hal itu mendapat teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai sebagai dua lelaki itu.
ketika Daud melihat Sabigh, timbullah rasa cinta didalam hati Daud. Daud tidak perlu berfikir lama untuk menyatakan rasa cintanya dan segera meminangnya. Orang tua mana yang akan menolak menantu seperti Daud. Demikianlah hal itu mendapat teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai sebagai dua lelaki itu.
Di antara ajaran Nabi Musa AS kepada Bani Isra'il bahwa mereka wajib untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu bagi melakukan ibadah kepada Allah. Diharamkan bagi mereka pada hari yang ditentukan itu untuk berdagang dan melaksanakan hal yang bersifat duniawi. Pada mulanya hari Jumat sebagai hari ibadah, akan tetapi mereka meminta Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu dijadikan hari suci. Demikianlah adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud memimpin didesa "Ailat" satu diantara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah, yang pekerjaannya menangkap ikan setiap hari kecuali hari Sabtu. Sehingga pada hari Sabtu ikan – ikan mangapung dipermukaan air, bebas berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi laut dekat desa Ailat.
Para nelayan desa Ailat tidak pernah melihat ikan begitu banyak ketika hari – hari selain sabtu menganggap ini adalah kesempatan baik untuk mendapatkan ikan yang banyak. Sehingga pada hari sabtu mereka tidak beribadah. Para penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur mereka yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Namun mereka malah membangkang.
Mereka membuat bendungan untuk mencegah ikan – ikan itu kembali kelaut. Mereka mejadi kaya raya, tetapi mereka meninggalkan ibadah mereka. Melihat tiada harapan lagi untuk insyaf maka berdoalah beliau memohon kepada Allah memberi mereka ganjaran yang setimpal. Dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat yang membinasakan mereka.
Nabi Daud juga mempunyai mukjizat diantaranya besi yang dapat ia lunakan menjadi seperti lilin dan dapat diubah sekehendaknya tanpa memakai api atau alat apapaun. Dari besi juga ia dapat membuat baju besi yang dikokohkan dengan tenunan dari bulatan – bulatan rantai yang berkesinambungan sehingga membentuk baju yang bisa dipakai bebas bergerak tidak kau. Nabi daud juga mempunyai suara yang merdu.
Sedangkan kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud adalah kitab Zabur, yang berisi pelajaran, peringatan dan nyanyian pujian kepada Allah.
Dan pada suatu hari ketika itu berjangkitlah penyakit kolera diwiliayah pimpinan Daud, banyak rakyat yang mati. Kemudian Daud berdoa dan hilanglah penyakit itu. Untuk menunjukan rasa syukur maka Nabi Daud mengajak putranya, Sulaiman untuk memabngun tempat suci yaitu Baitul Maqdis.
Kisah Nabi Daud dan kisah Sabtunya Bani Isra'il terdapat dalam Al-Quran surah "Saba'" ayat 11, surah "An-Nisa'" ayat 163, surah "Al-Isra'" ayat 55, surah "Shaad" ayat 17 sehingga ayat 26 dan surah "Al-'Aaraaf" ayat 163 sehingga ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari Kisah Nabi Daud A.S
- Allah telah memberikan contoh bahwa seseorang yang bagaimana pun besar dan perkasanya yang hanya menyandarkan diri kepada kekuatan jasmaninya dapat dikalahkan oleh orang yang lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang tidak bererti sebagaimana Daud yang muda usia dan lemah fizikal mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan bersenjatakan batu sahaja.
- Seorang yang lemah dan miskin tidak patut berputus asa mencari hasil dan memperoleh kejayaan dalam usaha dan perjuangannya selama ia bersandarkan kepada takwa dan iman kepada Allah yang akan melindunginya.
- Kemenangan Daud atas Jalout tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabbur, bahkan sebaliknya ia bersikap rendah hati dan lemah-lembut terhadap kawan maupun lawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar