Abu Ayyub Al-Anshari RA meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barangsiapa
berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di
bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun.” (HR.
Muslim).
Pahala puasa Ramadhan yang
dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu
tahun penuh, karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya,
sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.
Imam Nawawi rohimahulloh
berkata dalam Syarh Shohih Muslim 8/328: “Afdholnya (lebih utama)
adalah berpuasa enam hari berturut-turut langsung setelah Iedul Fithri. Namun
jika ada orang yang berpuasa Syawal dengan tidak berturut-turut atau berpuasa
di akhir-akhir bulan, maka dia masih mendapatkan keuatamaan puasa Syawal
berdasarkan konteks hadits ini”. Jadi, boleh berpuasa secara
berturut-turut atau tidak, baik di awal, di tengah, maupun di akhir bulan
Syawal. Sekalipun yang lebih utama adalah bersegera melakukannya berdasarkan
dalil-dalil yang berisi tentang anjuran bersegera dalam beramal sholih.
Sebagaimana Allah berfirman, “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.”
(Al Maidah: 48). Dan juga dalam hadits tersebut terdapat lafadz ba’da
fithri (setelah hari raya Iedul Fithri), yang menunjukkan selang waktu
yang tidak lama.
Perlu diketahui bahwa
tidak boleh mendahulukan puasa Syawal sebelum meng-qadha’ puasa
atau
membayar utang puasa. Seharusnya yang dilakukan adalah puasa qadha’
dahulu lalu puasa Syawal. Karena jika kita mendahulukan puasa Syawal dari qadha’
sama saja dengan mendahulukan yang sunnah dari yang wajib.
Qadha’ puasa berkaitan dengan dzimmah
(kewajiban), sedangkan puasa Syawal tidaklah demikian. Dan seseorang tidak
mengetahui kapankah ia masih hidup dan akan mati. Oleh karena itu, wajib
mendahulukan yang wajib dari yang sunnah. Sebagaimana dalam hadits qudsi juga
disebutkan bahwa amalan wajib itu lebih utama dari yang sunnah.
“Tidaklah hambaku
mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib hingga aku mencintainya” (HR.
Bukhari no. 6502)
Sa’id bin Al Musayyib
berkata mengenai puasa sepuluh hari (di bulan Dzulhijjah :“Tidaklah
layak melakukkannya sampai memulainya terlebih dahulu dengan mengqodho’ puasa
Ramadhan.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya:
1. Puasa enam
hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala
dari puasa setahun penuh.
2. Puasa Syawal
dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari
kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan
disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah.
3. Membiasakan
puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila
Allah Ta'ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam
meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan:
"Pahala'amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh
karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan
kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.
4. Puasa
Ramadhan dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang
berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang
merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah 'Idul Fitri
merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang
lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.
5. Dan di
antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal yang dikerjakan
seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak
terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.
Seorang Ulama salaf ditanya tentang
kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi jika
Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar: "Seburuk-buruk
kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar kecuali di bulan Ramadhan
saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sunggguh di
sepanjang tahun."
Oleh karena itu sebaiknya orang yang
memiliki hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal
itu mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian
dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan
puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.
Jadi, teman teman udah puasa syawal belum? Rugi
lho kalau ditinggalkan.... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar