Ramadhan disebut juga bulan-nya
Al-Qur’an; karena memang pada bulan inilah Allah swt menurunkan ayat pertama
Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw yang juga sebagai tanda bahwa beliau telah
diangkat menjadi Rasul untuk semesta alam ini.
Selain itu juga, karena memang pada
bulan ini semua orang muslim menjadi sangat begitu dekat dengan al-Qur’an.
Sehingga kita tidak bisa mendapati seorang muslim di bulan Ramadhan ini kecuali
ia sedang menggenggam mushaf Al-Qur’an, baik itu dikantongi ataupun
di-‘tengteng’. Itu saking giatnya mereka, sehingga mereka tidak ingin
melewatkan kesempatan sedikit pun di waktu-waktu bulan Ramadhan ini kecuali ia
manfaatkan dengan membaca mushaf Al-Qur’an.
Dan tidak jarang, bahkan hampir
semua umat Islam mengusung target khatam Qur’an pada bulan suci ini. Bukan
hanya sekali, tapi berkali-kali. Bahkan ada sekelompok pemuda atau remaja yang
mengadakan perlombaan siapa yang paling banyak khatam-nya, dan menjadi sebuah
prestise tinggi jika bisa mengatakan “Alhamdulillah saya sudah khatam 2 kali
Ramadhan ini”. Begitulah kira-kiranya.
Tapi semangat ini, semangat
mengkhatam-kan al-Qur’an di bulan Ramadhan hendaknya tidak digeneralisir untuk
semua orang. Bagi mereka yang memang sudah mahir dan mengerti hokum-hukum
Tajwid (kaidah membaca al-Qur’an) dan bisa membacanya dengan benar, ya sah-sah
saja buat mereka untuk mengkhatamkan al-Qur’an. Karena tidak akan menjadi
masalah.
Tapi bagi mereka yang belum mahir
membaca al-Qur’an atau bahkan tidak mengerti hokum-hukum tajwid (sebenarnya
membaca al-Quran dengan tajwid itu –sesuai Ijma’ Ulama- hukumnya fardhu ‘Ain),
maka program mengkhatamkan al-Quran ini sungguh tidak layak dikerjakan oleh
mereka.
Al-Qur’an itu ada 30 Juz, berarti
kalau kita ingin mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan ini, kita
diharuskan untuk menghabiskan satu hari ini dengan membaca 1 juz AL-Qur’an
(dengan asumsi bahwa 1 bulan Ramadhan itu 30 hari). Dan satu juz Al-Qur’an itu
terdiri dari sepuluh lembar mushaf Madani (cetakan Arab Saudi) yang sama juga
20 halaman Mushaf. Berarti mau tidak mau, kita harus membaca 20 halaman mushaf
setiap harinya.
Menurut pengalaman yang saya temui
dari beberapa kawan yang memang sudah mahir membaca al-Qur’an dan tentu saja
mereka sangat mengerti hukum tajwid, membaca 1 juz atau 20 halaman mushaf
al-Qur’an itu membutuhkan waktu 60-90 menit (1 sampai 1,5 jam). Itu bagi mereka
yang lancar membacanya.
Tentu bagi kawan-kawan yang belum
lancer dan mungkin tidak mengerti hokum-hukum tajwid, tentunya akan membutuhkan
waktu lebih lama lagi. Tapi yang terjadi di lapangan, karena memang keinginan
besarnya dan sudah menjadi target Ramadhan dari jauh-jauh hari, ia paksakan
untuk bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan suci ini, akhirnya ia membaca
sesukanya, tanpa peduli dengan kaidah-kaidah hokum tajwid. Ia tergesa-gesa dan
terus membaca al-Quran walaupun salah, yang penting bisa memenuhi target baca
satu hari satu juz bahkan lebih.
Padahal Allah telah memerintahkan
dalam ayat-Nya: “Dan Bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan (tartil)” (Al-Muzzammil
4)
Belum lagi mereka yang punya
kesibukan, pekerjaan yang memang memakan waktu dan tenaga. Apa mungkin mereka
kuat duduk 1 jam lebih dengan bacaan yang sudah tidak bisa dimengerti lagi?
Yang terjadi akhirnya mereka bukan membaca Qur’an, tapi justru malah
menghinakan Qur’an itu sendiri karena telah dibaca seenaknya, sesukanya,
padahal ada kaidah yang HARUS diikuti. Alih-alih ingin menghargai dan
menghormati al-Qur’an dengan mengkhatamkannya, tapi mereka malah
menghinakannya.
“Loh bukankah baca Qur’an itu tetap
mendapat pahala walaupun tidak mengerti artinya?”. Ya benar sekali. Siapapun
yang membaca al-Qur’an pasti mendapat pahala walaupun ia tidak mengerti artinya
atau tidak paham kaidahnya, malah mendapat 2 pahala, begitu hadits Nabi
menjelaskan.
Tapi itu bagi mereka yang ma uterus
belajar mempelajari kaidah-kaidahnya, bukan untuk kejar target khatam Qur’an
tanpa mau belajar di sebelum bulan atau sesudah bulan Ramadhan seperti
kebanyakan yang orang kerjakan belakangan ini. Mereka sepertinya menyepelekan
al-Qur’an dengan ke-ogah-an mereka untuk belajar.
Lalu Bagaimana?
Semangat beribadah di bulan Ramadhan
ini harusnya juga di implementasikan dengan melakukan ibadah sesuai kaidah yang
telah ditetapkan oleh syariah itu sendiri. Dan di bulan Ramadhan ini, baiknya
kita konversi semangat mengkhatamkan Qur’an itu menjadi semangat “BELAJAR
TAJWID”. Jadi bulan Ramadhan ini sebutan barunya ialah “Bulan Tajwid”.
Tidak ada lagi cara kita untuk bisa
lancer membaca al-Qur’an dan mengerti hokum serta kaidah-kaidahnya kecuali
dengan kita mempelajari Tajwid itu sendiri. Karena ulama sejagad raya ini telah
bersepakat bahwa mambaca AL-Quran dengan tajwid itu hukumnya Fardhu ‘Ain.
Artinya kewajiban itu sama seperti kewajiban shalat 5 waktu yang harus
dikerjakan oleh personal masing-masing muslim. Tidak ada tawar-tawaran lagi.
Waktu-waktu yang awalnya telah kita
jadwalkan untuk berkhatam (tapi dengan bacaan salah), kita rubah dengan belajar
tajwid, entah itu dengan mendatangi kawan yang mengerti guna meminta beliau
mengajarkan kita tajwid. Atau mendatangi seorang ustadz/kiyai, atau juga kita
mengikuti halaqah-halaqah tajwid yang biasa banyak digelar di masjid-masjid
sekitar rumah kita masing-masing.
Satu bulan ini kita “khatamkan” ilmu
tajwid itu, sehingga nantinya ketika keluar bulan Ramadhan ini kita sudah mampu
membaca Qur’an dengan benar tanpa salah Insya Allah. Akhirnya bulan Ramadhan
yang akan dating kita sudah siap dengan segudang target, baik itu
meng-khatamkan al-Qur’an ataupun yang lainnya.
Akhirnya juga kita bisa tinggalkan
kebiasaan buruk kita yang telah lama kita kerjakan, yaitu “masuk Ramadhan
baca Qur’an nya begitu, keluar Ramadhan juga tetep ngga berubah, tetep salah.
Tiap taon kaya begitu, trus buat apa ada kesempatan belajar di Ramadhan?”
Meng-Khatam-Kan Qur’an Itu Gampang
Dan Tidak Perlu Nunggu Ramadhan
Urusan mengkhatamkan Qur’an itu buat
saya urusan yang paling gampang di antara ibadah-ibadah yang lain. Jadi jangan
takut nggak bisa mengkhatamkan Qur’an, karena mengkhatamkan Qur’an itu gampang,
sebentar dan bisa kapan saja, nggak perlu nunggu Ramadhan untuk bisa khatam.
Percayakah Anda bahwa dalam satu
hari saja, saya atau kita semua itu bisa mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak 70
kali bahkan seratus kali. Lah wong nggak butuh waktu lama kok, Cuma sekitar 3
sampai 5 menit kita bisa mengkhatamkan al-Qur’an.
Nabi Muhammad saw bersabda: “Barang
siapa yang membaca ‘qul huwallahu ahad’ (surat al-ikhlas) sekali berarti ia
telah membaca sepertiga al-Qur’an” (HR Tirmidzi)
Dengan begitu, kalau kita membaca
surat Al-Ikhlas itu sebanyak 3 kali berarti kita telah mengkhatamkan al-Qur’an.
Mudah bukan? Jadi tidak perlu nunggu-nunggu Ramadhan untuk kita bisa khatam
Qur’an.
Ramadhan itu kesempatan emas untuk
kita menambah intensitas ibadah kita kepada Allah termasuk dengan membaca dan
mempelajari Al-Qur’an. Bukan kejar-kejaran target siapa yang paling banyak
khatamnya. Buat apa khatam berkali-kali tapi tidak mau belajar dan tidak mau
sadar kalau bacaan kita tidak benar?
Jadi pertanyaan yang harus keluar
dari mulut kita ketika bertemu saudara dan kawan ialah bukan “berapa kali sudah
khatam?” tapi “sudah berapa hukum tajwid yang sudah dipelajari?”.
Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar